Literasi Keuangan Syariah Naik Menjadi 39% Tapi Inklusinya Masih Rendah
Meski pemahaman produk keuangan syariah meningkat, namun masih ada tantangan besar mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya

Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025, literasi keuangan syariah di Indonesia menunjukkan peningkatan menggembirakan menjadi 39,11 persen. Namun demikian, tingkat inklusi keuangan syariah tercatat masih rendah, yakni sebesar 12,88 persen.
Friderica Widyasari Dewi, dalam keterangannya, menyampaikan bahwa walaupun pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan syariah meningkat, masih ada tantangan besar dalam mendorong penggunaannya. “Ini pekerjaan rumah besar. Meningkatkan literasi itu penting, tapi lebih penting lagi adalah mendorong masyarakat untuk benar-benar memanfaatkan layanan keuangan syariah,” ujarnya.
Dalam rangka mengatasi gap tersebut, OJK akan memperkuat program edukasi berbasis komunitas keagamaan, perguruan tinggi, serta memperluas kerja sama dengan lembaga keuangan syariah untuk meningkatkan penetrasi pasar. Selain itu, OJK juga merencanakan integrasi literasi keuangan syariah dalam kurikulum pendidikan menengah.
Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah KNEKS (Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah), Taufik Hidayat, menegaskan bahwa literasi saja tidak cukup tanpa inovasi produk yang kompetitif. “Industri keuangan syariah harus mampu menawarkan produk yang relevan, kompetitif, dan memenuhi kebutuhan masyarakat modern,” katanya.